23 October 2011

Biografi Muhammad Yunus

Muhammad Yunus (bahasa Bengali: মোহাম্মদ ইউনুস), lahir di Chittagong, East Bengal, kini Bangladesh), 28 Juni 1940; umur 71 tahun) adalah seorang bankir dari Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Yunus mengimplementasikan gagasan ini dengan mendirikan Grameen Bank. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII 2001. Ia terpilih sebagai penerima Penghargaan Perdamaian Nobel (bersama dengan Grameen Bank) pada tahun 2006.

Yunus lahir di Chittagong, dan belajar di Chittagong Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt pada tahun 1969. Selesai kuliah, ia bekerja di Universitas Chittagong sebagai dosen di bidang ekonomi. Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada tahun 1974, Yunus terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup.


Muhammad Yunus tergerak melakukan sesuatu berangkat dari panggilan jiwa, bukan dari sebuah teori yang dirumuskannya atau dari buku yang ditulisnya. Pada 1974, Bangladesh, negara asal Muhammad Yunus, sedang dilanda krisis ekonomi yang parah, lebih parah dari sekarang. Pada saat itu, Muhammad Yunus adalah seorang dosen ekonomi di universitas Chittagong. Dari ruang kerjanya, Yunus memperhatikan kehidupan di sekitar kampusnya.
Kemiskinan yang terpampang di depan matanya membuatnya turun ke jalan-jalan di sekitar kampusnya tersebut. Kehidupan masyarakat yang begitu mengiris batinnya. Keadaan yang begitu menyedihkan tersebut sangat menohok rasa intelektualitasnya.

Sebagai seorang dosen ekonomi yang telah mempelajari berbagai hukum ekonomi, rumusan, dan solusi ekonomi, tapi belum mampu menerapkan semua teori tersebut ke dalam dunia nyata. Muhammad Yunus mulai berpikir secara mendalam bagaimana membantu mengangkat orang-orang disekelilingnya menjadi lebih baik dari sekarang.
Konsep yang diterapkan oleh Muhammad Yunus sebenarnya tidak jauh berbeda dari konsep koperasi yang telah diperkenalkan oleh Muhammad Hatta, wakil presiden pertama yang juga merupakan ahli ekonomi. Muhammad Yunus memberikan pinjaman kepada orang-orang yang tak berdaya secara ekonomi tanpa jaminan sama sekali. Yunus sangat yakin bahwa perekonomian orang-orang yang tak berdaya itu terjadi karena mereka tidak memiliki akses ke dunia ekonomi.

Dengan memberikan pinjaman skala kecil kepada para wanita miskin dan membina mereka menjadi pengusaha, Yunus yakin langkah awalnya itu akan membantu mereka. Agar semua langkah yang telah diambilnya menjadi lebih terfokus, Yunus mendirikan sebuah Bank yang diberi nama Grameen Bank.



Yunus tidak pernah berpikir bahwa langkah awal itu akan menjadi langkah luar biasa yang akan mengantarkannya meraih berbagai penghargaan, seperti, Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII 2001 dan hadiah nobel pada 2006.
Ketika Yunus datang ke Indonesia dan memberikan ceramah serta berbagi cerita tentang pengalamannya, semua yang hadir tak melihat yang dilakukan Yunus sebagai sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia.

Yang membuat apa yang Yunus lakukan berbeda adalah tekad yang kuat yang benar-benar tulus membantu bangsanya meraih sesuatu yang lebih baik demi masa depan yang lebih cerah. Sepertinya bila Indonesia memiliki banyak orang seperti Yunus, maka kedahsyatan efek ekonominya pasti lebih hebat lagi bagi Indonesia.

Konsep Grameen Bank sekarang banyak ditiru oleh bangsa lain termasuk Amerika Serikat. Pada dasarnya, Muhammad Yunus sangat percaya bahwa siapapun akan mampu membantu dirinya sendiri untuk bangkit dari keterpurukan asalkan diberikan kail terlebih dahulu.



Bahwa otak akan semakin berkembang bila diberi stimulus yang tept. Keyakinan inilah yang membuat Yunus tetap memberikan pinjaman kepada masyarakat lemah yang ingin maju. Grameen Bank telah membantu banyak anak Bangladesh meraih cita-cita dengan belajar di perguruan tinggi. Sudah ribuan rumah tangga yang kini memiliki rumah layak huni dengan berkecukupan makanan di dalamnya. Penyaluran dana sudah mencapai $ 3 miliar untuk 2,4 juta peminjam.

Konsep gotong royong yang tercermin dalam 'Kelompok Solidaritas' yang diterapkan oleh Grameen Bank hingga kini belum terlihat adanya kelemahan dan kegagalan yang berarti.


Sumber :




1 comment: